Setiap Senin-Sabtu sepulang kerja saya berjalan ke depan Ca****our Harmoni. Menunggu bis 157....ke Grogol...Terimakasih mbah Wiro, sudah menguatkan niat saya untuk menulis banyak kisah yang terjadi di sana...^ ^
157 ke Grogol sekitar pukul 4 tidak terlalu ramai, jika dibandingkan pada saat jam pulang kantor sesungguhnya yaitu jam 5.
Untung jam pulang kantor saya di saat orang lain masih sibuk bekerja (lebih untung lagi kalau hari Sabtu juga libur....tapi ternyata tidak).
Saya harus pulang tenggo,jam 4 teeeet..dengan batas toleransi kelebihan waktu 5-10 menit, kalau tidak ingin 157 sudah penuh dan saya tidak kebagian tempat duduk. Atau lebih parah lagi, terjebak macet di daerah Roxy.Bukan macet dengan kecepatan kendaraan 30 km/jam. Tapi macet total.
Saat 157 sampai, saya naik. mencari tempat duduk kosong atau mencari posisi berdiri yang tepat. Kalau kita berdiri pada posisi yang tidak tepat, dapat menimbulkan pertengkaran kecil. Selama naik 157, sudah dua kali saya lihat orang bertengkar gara-gara posisi berdiri.
antara penumpang dengan penumpang..
Mas-mas posisi berdirinya dekat pintu, ada Bapak-bapak dengan kumis tebal yang mau naik. Bapak-bapak yang mau naik meminta mas-mas itu untuk bergeser agar dia bisa lewat. Mungkin nada bicara bapak-bapaknya agak tinggi, mas-masnya jadi tersinggung...
"Santai aj knapa sih lo?!?!"..mas-mas mulai membentak bapak-bapak. para penumpang yang berdesakan membuang muka, pura-pura tidak mendengar.
Bapak-bapak itu masih dengan sabar menjelaskan, kalau mas-masnya tidak bergeser dia tidak bisa lewat.Tapi mas-mas itu masih saja mengeluarkan celetukan pedas.
"kamu tau ga sih, itu ada orang yang sampai jatuh di depan pintu...gak bisa lewat!!!". Bapak-bapak mulai terbawa emosi.Hampir saja kedua orang itu adu jotos. Tapi ada penumpang yang berteriak menenangkan.."Udah ah..Tenang ya pak..sabar...".Akhirnya percekcokan mereda.
Dalam 157 itu mungkin saya yang paling deg-degan kalau mereka adu jotos, karena posisi mereka persis di sebelah saya.=.=...Hahahaha..
antara kondektur dan penumpang...
Angkutan umum di Jakarta tidak mengenal kata penuh.Pokoknya kalau masih ada tempat sejengkal untuk meletakkan kaki di dalam kendaran itu, kendaraan itu masih mengangkut penumpang.
157 saja kalau berjalan tampak oleng ke kiri saking penuhnya.
"ayo bu,pak, mba, mas, dek...geser ke belakang..masih kosong..", itu kata-kata yang selalu diucapkan kondektur jika ada penumpang yang baru naik.
Kondektur memaksa penumpang yang berdiri untuk begeser ke tengah agar bisa mengangkut penumpang lebih banyak lagi.
Suatu ketika di 157, kondekturnya meminta ibu-ibu untuk bergeser ke tengah.tiba-tiba 157 mengerem mendadak. Ibu-ibu itu hampir jatuh ke depan.. setelah kejadian itu kondektur masih menyuruh ibu-ibu untuk bergeser ke tengah. "sabar dikit kenapa sih!!!", dengan gusar ibu-ibu tadi berteriak...seisi 157 jadi terdiam..
Kondekturnya masih saja menyuruhnya bergeser ke tengah (keukeh bener ni bapak kondektur)..
percekcokan yang satu ini langsung reda, karena masih terbawa suasana lebaran. Langsung banyak penumpang yang berkata."sabar,sabar...masih suasana lebaran"..
Kalau bisa baru lebaran atau tidak, percekcokan harus cepat diselesaikan..iya kan?^ ^
Capek sehabis bekerja...157 yang penuh..ditambah jalanan yang macet, membuat kepala tidak bisa berpikir jernih.
Tapi banyak cerita di dalamnya
No comments:
Post a Comment