Friday, July 23, 2010

Masker dan gaya hidup


Jalanan Jakarta di pagi hari tidak ada bedanya dengan siang hari. Pukul setengah tujuh pagi sudah dipenuhi asap kendaraan dan debu dimana-mana. Sampai tempat tujuan serasa ingin mandi lagi, membersihkan badan.


Waktu pertama kali saya ke Jakarta, saya sedikit merasa aneh melihat ada beberapa orang yang menggunakan masker di tempat-tempat umum, seperti di angkutan umum, di jalan-jalan. Saya kira waktu itu orang-orang mengantisipasi menjalarnya penyakit yang cepat menular dan berbahaya. Seperti SARS yang sempat heboh itu. Ada teman yang bilang kalau dulu dia pernah memakai masker selama perjalanan dari rumahnya hingga kantor. Namun karena rasanya pengap,sekarang dia tidak lagi memakainya.
Tapi setelah merasakan sendiri udara Jakarta, saya merasa perlu menggunakan masker juga. Ternyata Jakarta adalah kota dengan tingkat polusi terburuk nomor 3 di dunia (setelah kota di Meksiko dan Thailand).
Kadar partikel debu (particulate matter)yang terkandung dalam udara Jakarta adalah yang tertinggi nomor 9 (yaitu 104 mikrogram per meter kubik) dari 111 kota dunia yang disurvei oleh Bank Dunia pada tahun 2004. Uni Eropa menetapkan angka 50 mikrogram per meter kubik sebagai ambang batas tertinggi kadar partikel debu dalam udara.
Jumlah hari di Jakarta yang bisa dinyatakan sehat juga ternyata sangat sedikit.Pada tahun 2002, Jakarta dinyatakan sehat selama 22 hari. Pada tahun 2003, Jakarta dinyatakan sehat hanya selama 7 hari.

Masker yang tersedia dipasaran beraneka ragam jenisnya. Dengan motif yang beragam pula(ada yang motif batik lho). Bisa di mix n match dengan warna pakaian juga buat yang mau tetap tampil cantik walaupun sedikit sesak napas.
Ada pula masker yang biasanya digunakan dokter atau perawat, yang berwarna hijau. Kalau masker jenis ini hanya bisa sekali pakai dan langsung dibuang. Kebersihannya akan lebih terjaga.
Pengalaman saya yang menggunakan masker dari kain, kalau tidak rajin-rajin dicuci malah mendatangkan masalah lain -wajah jadi berjerawat-.

Walaupun dirasa sangat perlu, namun belum semua orang merasakan pentingnya menggunakan masker. Saya yang menggunakan masker dalam perjalan dari tempat tinggal ke kantor selama kurang lebih 30 menit, terkadang mendapati beberapa orang yang mengamati saya. Mereka mungkin heran mengapa saya harus memakai masker yang membuat saya terkesan membatasi diri dengan lingkungan sekitar.
Saya sendiri dapat merasakan manfaat menggunakan masker. Hidung tidak perlu mencium bau asap kendaraan dan debu. Tangan tidak sibuk menutup hidung, jadi saya bebas beraktivitas.

Mau memakai masker atau tidak, itu pilihan...

salam sehat ^ ^

No comments:

Post a Comment